10.11.2012

Speech Recognition


Pengenalan ucapan atau pengenalan wicara dalam istilah bahasa Inggrisnya, automatic speech recognition (ASR) adalah suatu pengembangan teknik dan sistem yang memungkinkankomputer untuk menerima masukan berupa kata yang diucapkan. Teknologi ini memungkinkan suatu perangkat untuk mengenali dan memahami kata-kata yang diucapkan dengan caradigitalisasi kata dan mencocokkan sinyal digital tersebut dengan suatu pola tertentu yang tersimpan dalam suatu perangkat. Kata-kata yang diucapkan diubah bentuknya menjadi sinyal digital dengan cara mengubah gelombang suara menjadi sekumpulan angka yang kemudian disesuaikan dengan kode-kode tertentu untuk mengidentifikasikan kata-kata tersebut. Hasil dari identifikasi kata yang diucapkan dapat ditampilkan dalam bentuk tulisan atau dapat dibaca oleh perangkat teknologi sebagai sebuah komando untuk melakukan suatu pekerjaan, misalnya penekanan tombol pada telepon genggam yang dilakukan secara otomatis dengan komando suara.

Alat pengenal ucapan, yang sering disebut dengan speech recognizer, membutuhkan sampel kata sebenarnya yang diucapkan dari pengguna. Sampel kata akan didigitalisasi, disimpan dalamkomputer, dan kemudian digunakan sebagai basis data dalam mencocokkan kata yang diucapkan selanjutnya. Sebagian besar alat pengenal ucapan sifatnya masih tergantung kepada pengeras suara. Alat ini hanya dapat mengenal kata yang diucapkan dari satu atau dua orang saja dan hanya bisa mengenal kata-kata terpisah, yaitu kata-kata yang dalam penyampaiannya terdapat jeda antar kata. Hanya sebagian kecil dari peralatan yang menggunakan teknologi ini yang sifatnya tidak tergantung pada pengeras suara. Alat ini sudah dapat mengenal kata yang diucapkan oleh banyak orang dan juga dapat mengenal kata-kata kontinu, atau kata-kata yang dalam penyampaiannya tidak terdapat jeda antar kata.

Pengenalan ucapan dalam perkembangan teknologinya merupakan bagian dari pengenalan suara (proses identifikasi seseorang berdasarkan suaranya). Pengenalan suara sendiri terbagi menjadi dua, yaitu pengenalan pengguna (identifikasi suara berdasarkan orang yang berbicara) dan pengenalan ucapan (identifikasi suara berdasarkan kata yang diucapkan).

Perkembangan alat pengenal ucapan

Sejak tahun 1940, perusahaan American Telephone and Telegraph Company (AT&T) sudah mulai mengembangkan suatu perangkat teknologi yang dapat mengidentifikasi kata yang diucapkan manusia. Sekitar tahun 1960-an, para peneliti dari perusahaan tersebut sudah berhasil membuat suatu perangkat yang dapat mengidentifikasi kata-kata terpisah dan pada tahun 1970-an mereka berhasil membuat perangkat yang dapat mengidentifikasi kata-kata kontinu. Alat pengenal ucapan kemudian menjadi sangat fungsional sejak tahun 1980-an dan masih dikembangkan dan terus ditingkatkan keefektifannya hingga sekarang.

Jenis-jenis pengenalan ucapan

Berdasarkan kemampuan dalam mengenal kata yang diucapkan, terdapat 5 jenis pengenalan kata, yaitu :
Kata-kata yang terisolasi
Proses pengidentifikasian kata yang hanya dapat mengenal kata yang diucapkan jika kata tersebut memiliki jeda waktu pengucapan antar kata
Kata-kata yang berhubungan
Proses pengidentifikasian kata yang mirip dengan kata-kata terisolasi, namun membutuhkan jeda waktu pengucapan antar kata yang lebih singkat
Kata-kata yang berkelanjutan
Proses pengidentifikasian kata yang sudah lebih maju karena dapat mengenal kata-kata yang diucapkan secara berkesinambungan dengan jeda waktu yang sangat sedikit atau tanpa jeda waktu. Proses pengenalan suara ini sangat rumit karena membutuhkan metode khusus untuk membedakan kata-kata yang diucapkan tanpa jeda waktu. Pengguna perangkat ini dapat mengucapkan kata-kata secara natural
Kata-kata spontan
Proses pengidentifikasian kata yang dapat mengenal kata-kata yang diucapkan secara spontan tanpa jeda waktu antar kata
Verifikasi atau identifikasi suara
Proses pengidentifikasian kata yang tidak hanya mampu mengenal kata, namun juga mengidentifikasi siapa yang berbicara.

Proses kerja alat pengenal ucapan

Alat pengenal ucapan memiliki empat tahapan dalam prosesnya, yaitu :

  • Tahap penerimaan masukan,Masukan berupa kata-kata yang diucapkan lewat pengeras suara.
  • Tahap ekstraksi,Tahap ini adalah tahap penyimpanaan masukan yang berupa suara sekaligus pembuatan basis data sebagai pola. Proses ekstraksi dilakukan berdasarkan metode Model Markov Tersembunyi atau Hidden Markov Model (HMM), yang merupakan model statistik dari sebuah sistem yang diasumsikan oleh Markov sebagai suatu proses dengan parameter yang tidak diketahui. Tantangan dalam model statistik ini adalah menentukan parameter-parameter tersembunyi dari parameter yang dapat diamati. Parameter-parameter yang telah kita tentukan kemudian digunakan untuk analisis yang lebih jauh pada proses pengenalan kata yang diucapkan. Berdasarkan HMM, proses pengenalan ucapan secara umum menghasilkan keluaran yang dapat dikarakterisasikan sebagai sinyal. Sinyal dapat bersifat diskrit (karakter dalam abjad) maupun kontinu (pengukuran temperatur, alunan musik). Sinyal dapat pula bersifat stabil (nilai statistiknya tidak berubah terhadap waktu) maupun nonstabil (nilai sinyal berubah-ubah terhadap waktu). Dengan melakukan pemodelan terhadap sinyal secara benar, dapat dilakukan simulasi terhadap masukan dan pelatihan sebanyak mungkin melalui proses simulasi tersebut sehingga model dapat diterapkan dalam sistem prediksi, sistem pengenalan, maupun sistem identifikasi. Secara garis besar model sinyal dapat dikategorikan menjadi dua golongan, yaitu: model deterministik dan model statistikal. Model deterministik menggunakan nilai-nilai properti dari sebuah sinyal seperti: amplitudo, frekuensi, dan fase dari gelombang sinus. Model statistikal menggunakan nilai-nilai statistik dari sebuah sinyal seperti: proses Gaussian, proses Poisson, proses Markov, dan proses Markov Tersembunyi. Suatu model HMM secara umum memiliki unsur-unsur sebagai berikut:


  1. N, yaitu jumlah bagian dalam model. Secara umum bagian tersebut saling terhubung satu dengan yang lain, dan suatu bagian bisa mencapai semua bagian yang lain, serta sebaliknya (disebut dengan model ergodik). Namun hal tersebut tidak mutlak karena terdapat kondisi lain dimana suatu bagian hanya bisa berputar ke diri sendiri dan berpindah ke satu bagian berikutnya. Hal ini bergantung pada implementasi dari model.
  2. M, yaitu jumlah simbol observasi secara unik pada tiap bagiannya, misalnya: karakter dalam abjad, dimana bagian diartikan sebagai huruf dalam kata.
  3. Probabilita Perpindahan Bagian { } = ij A a
  4. Probabilita Simbol Observasi pada bagian j, { } () = j Bb k
  5. Inisial Distribusi Bagian i p p

Setelah memberikan nilai N, M, A, B, dan p , maka proses ekstraksi dapat diurutkan. Berikut adalah tahapan ekstraksi pengenalan ucapan berdasarkan HMM :

  1. Tahap ekstraksi tampilan,Penyaringan sinyal suara dan pengubahan sinyal suara analog ke digital
  2. Tahap tugas pemodelan,Pembuatan suatu model HMM dari data-data yang berupa sampel ucapan sebuah kata yang sudah berupa data digital
  3. Tahap sistem pengenalan HMM,Penemuan parameter-parameter yang dapat merepresentasikan sinyal suara untuk analisis lebih lanjut.


  • Tahap pembandingan,Tahap ini merupakan tahap pencocokan data baru dengan data suara (pencocokan tata bahasa) pada pola. Tahap ini dimulai dengan proses konversi sinyal suara digital hasil dari proses ekstraksi ke dalam bentuk spektrum suara yang akan dianalisa dengan membandingkannya dengan pola suara pada basis data. Sebelumnya, data suara masukan dipilah-pilah dan diproses satu per satu berdasarkan urutannya. Pemilihan ini dilakukan agar proses analisis dapat dilakukan secara paralel. Proses yang pertama kali dilakukan ialah memproses gelombang kontinu spektrum suara ke dalam bentuk diskrit. Langkah berikutnya ialah proses kalkulasi yang dibagi menjadi dua bagian :


  1. Transformasi gelombang diskrit menjadi data yang terurut,Gelombang diskrit berbentuk masukan berukuran n yang menjadi objek yang akan dibagi pada proses konversi dengan cara pembagian rincian waktu
  2. Menghitung frekuensi pada tiap elemen data yang terurut

Selanjutnya tiap elemen dari data yang terurut tersebut dikonversi ke dalam bentuk bilangan biner. Data biner tersebut nantinya akan dibandingkan dengan pola data suara dan kemudian diterjemahkan sebagai keluaran yang dapat berbentuk tulisan ataupun perintah pada perangkat.

  • Tahap validasi identitas pengguna,Alat pengenal ucapan yang sudah memiliki sistem verifikasi/identifikasi suara akan melakukan identifikasi orang yang berbicara berdasarkan kata yang diucapkan setelah menerjemahkan suara tersebut menjadi tulisan atau komando.


Aplikasi alat pengenal ucapan

Bidang komunikasi
Komando Suara
Komando Suara adalah suatu program pada komputer yang melakukan perintah berdasarkan komando suara dari pengguna. Contohnya pada aplikasi Microsoft Voice yang berbasis bahasa Inggris. Ketika pengguna mengatakan “Mulai kalkulator” dengan intonasi dan tata bahasa yang sesuai, komputer akan segera membuka aplikasi kalkulator. Jika komando suara yang diberikan sesuai dengan daftar perintah yang tersedia, aplikasi akan memastikan komando suara dengan menampilkan tulisan “Apakah Anda meminta saya untuk ‘mulai kalkulator’?”. Untuk melakukan verifikasi, pengguna cukup mengatakan “Lakukan” dan komputer akan langsung beroperasi.
Pendiktean
Pendiktean adalah sebuah proses mendikte yang sekarang ini banyak dimanfaatkan dalam pembuatan laporan atau penelitian. Contohnya pada aplikasi Microsoft Dictation yang merupakan aplikasi yang dapat menuliskan apa yang diucapkan oleh pengguna secara otomatis.
Telepon
Pada telepon, teknologi pengenal ucapan digunakan pada proses penekanan tombol otomatis yang dapat menelpon nomor tujuan dengan komando suara.

Bidang kesehatan
Alat pengenal ucapan banyak digunakan dalam bidang kesehatan untuk membantu para penyandang cacat dalam beraktivitas. Contohnya pada aplikasi Antarmuka Suara Pengguna atau Voice User Interface (VUI) yang menggunakan teknologi pengenal ucapan dimana pengendalian saklar lampu misalnya, tidak perlu dilakukan secara manual dengan menggerakkan saklar tetapi cukup dengan mengeluarkan perintah dalam bentuk ucapan sebagai saklarnya. Metode ini membantu manusia yang secara fisik tidak dapat menggerakkan saklar karena cacat pada tangan misalnya. Penerapan VUI ini tidak hanya untuk lampu saja tapi bisa juga untuk aplikasi-aplikasi kontrol yang lain.

Bidang militer
Pelatihan Penerbangan
Aplikasi alat pengenal ucapan dalam bidang militer adalah pada pengatur lalu-lintas udara atau yang dikenal dengan Air Traffic Controllers (ATC) yang dipakai oleh para pilot untuk mendapatkan keterangan mengenai keadaan lalu-lintas udara seperti radar, cuaca, dan navigasi. Alat pengenal ucapan digunakan sebagai pengganti operator yang memberikan informasi kepada pilot dengan cara berdialog.
Helikopter
Aplikasi alat pengenal ucapan pada helikopter digunakan untuk berkomunikasi lewat radio dan menyesuaikan sistem navigasi. Alat ini sangat diperlukan pada helikopter karena ketika terbang, sangat banyak gangguan yang akan menyulitkan pilot bila harus berkomunikasi dan menyesuaikan navigasi dengan terlebih dahulu memencet tombol tertentu.

Kelebihan alat pengenal ucapan

Kelebihan dari peralatan yang menggunakan teknologi ini adalah :

  • Cepat,Teknologi ini mempercepat transmisi informasi dan umpan balik dari transmisi tersebut. Contohnya pada komando suara. Hanya dalam selang waktu sekitar satu atau dua detik setelah kita mengkomandokan perintah melalui suara, komputer sudah memberi umpan balik atas komando kita.
  • Mudah digunakan,Kemudahan teknologi ini juga dapat dilihat dalam aplikasi komando suara. Komando yang biasanya kita masukkan ke dalam komputer dengan menggunakan tetikus atau papan ketik kini dapat dengan mudahnya kita lakukan tanpa perangkat keras, yakni dengan komando suara.


Kekurangan alat pengenal ucapan

Kekurangan dari peralatan yang menggunakan teknologi ini adalah :

  • Rawan terhadap gangguan,Hal ini disebabkan oleh proses sinyal suara yang masih berbasis frekuensi. Ketika sebuah informasi dalam sinyal suara mempunyai komponen frekuensi yang sama banyaknya dengan komponen frekuensi gangguannya, akan sulit untuk memisahkan gangguan dari sinyal suara
  • Jumlah kata yang dapat dikenal terbatas,Hal ini disebabkan pengenal ucapan bekerja dengan cara mencari kemiripan dengan basis data yang dimiliki.


Sumber ;

Read More ->>

10.08.2012

Contoh Penerapan Telematika


Telematika mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis sebagai komponen infrastruktur untuk perkembangan ekonomi. Pelayanan Telematika dapat menggantikan bentuk komunikasi lain dan seringkali lebih efektif penggunaannya baik dari segi biaya, waktu dan rantai distribusinya. Peningkatan produktifitas komunikasi ini pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi di tempat tersebut. Meskipun menghadapi hambatan dalam restrukturisasi industri Telematikanya, beberapa negara berkembang telah berhasil tidak hanya membuka kompetisi, namun secara bersamaan mencapai kewajiban pelayanan Telematika untuk umum (Universal Services Obligation). Misalnya pencapaian yang dilakukan oleh Grameen Telecom di Bangladesh bekerja sama dengan pemberi kredit mikro Grameen Bank yang memungkinkan nasabahnya memperoleh kredit bergulir untuk berusaha di bidang warung Telematika di daerah pedesaan. Pengalaman Grameen Telecom , memungkinkan kita untuk menjalankan satu solusi potensial dari Penerapan Techno-Economy pada UKM di Indonesia terutama dalam melayani daerah pedesaan. Targetnya adalah melayani daerah yang tak dapat atau kurang terlayani dan menyediakan dukungan untuk pelayanan informasi yang bermutu.

Kata kunci

Bangladesh, Grameen Bank, Grameen Telecom , Indonesia, Informasi, Pedesaan, Techno-Economy, Telematika, UKM, USO, Village Phone
1. PENDAHULUAN

Dalam kondisi perekonomian Indonesia yang tidak menentu, perusahaan-perusahaan besar mengalami kebangkrutan dan kehancuran. UKM justru dapat bertahan dan menghasilkan devisa. Disamping itu, sektor UKM melalui perannya mampu menjadi penggerak perekonomian daerah/lokal dalam penciptaan lapangan kerja dan lapangan usaha baru.

Mengingat dampaknya yang demikian besar, maka kebijakan ekonomi ke depan harus didesain ke arah penguatan usaha kecil menengah (UKM) dan pengembangan wirausaha baru, khususnya dalam bentuk UKM, sehingga jumlah pengangguran dan angka kemiskinan bisa lebih ditekan.

Tidaklah mengherankan kalau UKM disebut sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia. Boleh dikatakan, membangun UKM adalah identik dengan membangun Indonesia. Karena, ada sekitar 90 juta orang Indonesia yang bekerja di sektor ini. Dengan kata lain, membangun UKM sama dengan membangun sumber penghidupan yang saat ini dinikmati oleh 90 juta lebih orang Indonesia.

Telematika mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis sebagai komponen infrastruktur untuk perkembangan ekonomi termasuk Usaha Kecil dan Menengah (Hitt, Ireland&Hoskisson ,2005). Pelayanan Telematika dapat menggantikan bentuk komunikasi lain dan seringkali lebih efektif penggunaannya baik dari segi biaya, waktu dan rantai distribusinya (Hamel and Prahalad, 1995). Bukti lain memperlihatkan bahwa sistem Telematika yang andal akan memunculkan bentuk komunikasi baru yang lebih kuat, kompleks, dan produktif dari pola-pola komunikasi lain (Harris, 2001). Peningkatan produktifitas komunikasi ini pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi di tempat tersebut (Porter, 1985).

Adanya hubungan erat antara perkembangan ekonomi dengan pelayanan Telematika menyebabkan banyak negara berkembang mencoba untuk memperbaiki infrastruktur Telematika yang ada untuk peningkatan pelayanan pada masyarakatnya (Per Helmersen, 2005). Beberapa negara berkembang seperti Hong Kong, Korea, Singapore dan Taiwan menggunakan Telematika sebagai bagian dari keseluruhan strategi ekonomi untuk membangun posisi yang sangat kompetitif di pasar dunia untuk industri dan jasa teknologi tinggi (Kao, Raymond W. Y., 1995).

Meskipun menghadapi hambatan dalam restrukturisasi industri Telematikanya, beberapa negara berkembang telah berhasil tidak hanya membuka kompetisi (Abdus Salam, 2005). Mereka pun secara bersamaan mencapai kewajiban pelayanan Telematika untuk umum (Universal Services Obligation/USO). Misalnya pencapaian yang dilakukan oleh Grameen Telecom Bangladesh bekerja sama dengan pemberi mikro-kredit Grameen Bank, yang memungkinkan nasabahnya memperoleh kredit bergulir untuk berusaha di bidang warung Telematika di daerah pedesaan yang pada awalnya meliputi 950 Village Phone dan memberikan akses kepada 65.000 orang (Harmeet Gill, 2006).

Pengalaman Grameen Telecom , memungkinkan kita untuk menjalankan satu solusi potensial dari Penerapan Techno-Economy pada UKM di Indonesia terutama dalam melayani daerah pedesaan. Targetnya adalah melayani daerah yang tak dapat atau kurang terlayani dan menyediakan dukungan untuk pelayanan informasi yang bermutu (Sardjana, Djadja., 2007, Thesis).
2. MODEL BISNIS Grameen Telecom

Grameen Telecom sebagai perusahaan yang bergerak di bidang Telematika (khususnya pedesaan), menghasilkan jasa & produk diantaranya “Village Phone” (World Resouce Institute, 2003). Dalam menjalankan aktivitasnya perusahaan ini perlu untuk menerapkan manajemen strategis untuk mempermudah pencapaian tujuannya agar dapat mempertahankan atau bahkan mengembangkan posisi perusahaan di lingkungan usaha yang cenderung berubah dengan cepat sesuai Model Bisnis pada gambar-1:

Gambar-1 Model Bisnis Grameen Telecom
2.1 Penyeleksian, Cara Berlangganan dan Pelatihan Operator Village Phone:

Untuk mendapatkan informasi mengenai cakupan GSM Grameen Phone Ltd., pegawai unit Grameen Telecom menemui cabang- cabang Grameen Bank pada daerah dan menyiapkan data dari desa-desa dimana cakupan jaringan memuaskan yang memungkinkan penyediaan Telematika Pedesaan (USTDA,2004). Cabang Grameen Bank kemudiaan memilih diantara anggota-anggotanya yang berkinerja baik dari desa-desa ini untuk bertindak sebagai Operator “Village Phone”. Grameen Bank mempunyai kriteria spesifik untuk menyeleksi operator “Village Phone” yang dapat diringkas sebagai berikut:

1. Mempunyai sejarah pembayaran kredit Grameen Bank yang sangat bagus;

2. Harus mempunyai bisnis yang bagus, lebih disukai toko penjualan makanan/minuman di desa dan mempunyai waktu luang untuk berfungsi sebagai operator “Village Phone”.

3. Tidak buta huruf atau paling tidak harus mempunyai anak yang dapat membaca dana menulis.

4. Tempat tinggalnya harus cocok dan lokasinya dekat dengan tengah-tengah desa.

Setelah penyeleksian awal selesai oleh Cabang Grameen Bank sebagai operator “Village Phone” yang potensial, pegawai unit Grameen Telecom terdekat memverifikasikan sinyal yang tersedia pada rumahnya atau toko yang dia tinggali untuk berlangganan telematika. Persetujuan terakhir dari keanggotaan diperoleh dari Manager Daerah Grameen Bank . Ketika penyeleksian akhir hampir selesai, Grameen Telecom berlangganan sambungan telematika pada Grameen Phone dan menyerahkannya pengelolaanya kepada anggota. Grameen Telecom selanjutnya menyediakan perangkat yang dibutuhkan dan menyediakan pelatihan untuk mengoperasikan telematika desa tersebut. Sedangkan telematika dan biaya sambungan dibayar oleh Grameen Bank ke Grameen Telecom. Selanjutnya anggota mengangsurnya kembali kepada Grameen Bank dengan periode yang ditentukan, misalnya dua atau tiga tahun. Perlu dtekankan kembali bahwa program keemilikan telematika desa ini hanya disediakan untuk anggota Grameen Bank melalui program pinjaman mikro.
2.2 Proses Penagihan (Billing):

Grameen Telecom membeli pulsa secara borongan dari Grameen Phone untuk semua telematika desa di bawah pengoprasiannya dengan tingkat diskon khusus yang telah dinegoisasikan antara kedua organisasi. Kemudian Grameen Phone menyiapkan tagihan bulanan dan mengirimkannya ke Grameen Telecom untuk pembayaran. Selanjutnya Grameen Telecom membuat kembali tagihan perorangan dan mengirimkannya ke cabang-cabang serta membayar tagihan ke Grameen Telecom setelah enam minggu pada periode berikutnya. Dalam hal ini tugas Grameen Bank adalah mengumpulkan tagihan dari operator-operator “Village Phone”.
2.3 Dukungan Operasional:

Kantor unit dari Grameen Telecom bertanggung jawab untuk pengoperasian “Village Phone” di lapangan. Tugas Unit Operasional adalah untuk memetakan daerah dengan cakupan sinyal yang baik, membantu manager cabang Grameen Bank untuk memilih anggota menjadi operator “Village Phone”, melatih operator “Village Phone” dan membutuhkan dukungan teknis yang dibutuhkan oleh operator “Village Phone” termasuk handset, tagihan dan lain sebagainya. Sejauh ini Grameen Telecom mempunyai 13 kantor unit di : Dhaka, Norsingdee, Srinogar, Comilla , Feni, Chittagong, Mymensingh, Sirajgonj, Khulna, Barisal, Sylhet, Rajshahi dan Faridpur. Jumlah kantor unit akan terus bertambah dengan bertambahnya area sinyal yang tersedia.
3. Metodologi Penelitian Yang Digunakan

Paper ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan dimana konteks spesifik suatu negara adalah kritis dalam menentukan kesuksesan di bidang reformasi bisnis telematika. Karena dasar itulah bahwa model bisnis Grameen yang ada di Bangladesh dapat direplikasi di negara berkembang lainnya. Untuk bisa dilaksanakan pada konteks yang berbeda, hal ini haruslah memahami hambatan spesifik yang ada di negara tersebut.

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah; Pembuktian kaidah bahwa Grameen sukses dalam penerapan Dasar-dasar Kewirausahaan Sosial dengan Program Telematika Pedesaan; Meneliti faktor apa saja dari penerapan Dasar-dasar Kewirausahaan Sosial dengan Program Telematika Pedesaan yang berfungsi baik dan dapat diterapkan di Indonesia (Sardjana, Djadja., 2007, Thesis).
4. Replikasi Program Telematika Pedesaan Grameen di Indonesia

“Village Phone” dari Grameen Telecom merupakan proyek percobaan yang sampai tahun 2000 melibatkan 950 Village Phones yang menyediakan akses telematika kepada lebih dari 65,000 orang. Wanita-wanita desa mendapat kredit mikro untuk memperoleh pelayanan telematika selular GSM dan sesudah itu menjual lagi pelayanan tersebut di desa mereka (Telecommon Development Group, 2006).
4.1 Temuan Utama Hasil Penelitian Program Telematika Pedesaan Grameen:

1. Program Village Phone muncul sebagai solusi teknis terbaik yang tersedia untuk akses telematika universal pedesaan sesuai dengan keadaan Regulasi Telematika dan kondisi ekonomi Bangladesh saat itu. Program “Village Phone” adalah suatu solusi organisatoris dan teknis untuk akses telematika pedesaan yang dibutuhkan oleh suatu lingkungan dengan regulasi telematika yang tidak mendukung bagi percepatan infrastruktur telematika pedesaan.

2. Konsep dari “akses yang universal” bukanlah sesuatu yang netral terhadap gender. Di dalam kasus dari Bangladesh ini, jenis kelamin dari operator “Village Phone” dan penempatan secara fisik dari telematika di dalam suatu desa yang tersegmentasi secara gender dapat menghalangi atau memperbaiki akses wanita-wanita untuk menelpon karena alasan religius. Biasanya, satu lokasi operator wanita akan menyediakan suatu ruang yang bisa diterima untuk wanita-wanita desa yang lain untuk mengakses telematika. Dari sudut pandang pendapatan dan laba, adalah penting untuk memastikan bahwa “Village Phone” secara penuh dapat diakses oleh seluruh populasi desa, jika 50% dari pemakai berdasarkan gender menghadapi rintangan-rintangan untuk menelpon, maka suatu arus pendapatan yang penting telah lenyap.

3. Village Phone bertindak sebagai suatu instrumen atau alat bantu yang tangguh untuk mengurangi resiko dalam pengiriman uang dari para anggota keluarga para pekerja di Dhaka City dan yang bekerja di luar negeri. Juga untuk membantu orang desa di dalam memperoleh informasi akurat tentang kurs valuta asing. Mengirim uang tunai dari suatu negara Timur Tengah ke suatu desa di Bangladesh adalah penuh resiko; pengiriman uang seperti itu adalah faktor pokok yang membuat laku pemakaian telematika. Pada tingkatan yang mikro, pengiriman uang cenderung untuk digunakan untuk biaya rumah tangga sehari-hari seperti makanan, pakaian dan pelayanan kesehatan. Pengiriman uang seperti itu satu faktor yang penting dalam memenuhi penghidupan rumah tangga, dan dapat meningkatkan porsi yang penting dari penghasilan rumah tangga. Begitu penghidupan dipenuhi, pengiriman uang cenderung untuk digunakan untuk “investasi-investasi produktif,” atau untuk tabungan.

4. Panggilan-panggilan telematika kepada keluarga dan para teman sering melibatkan pertukaran informasi tentang harga komoditi pasar, daftar biaya pengiriman barang-barang, tren pasar dan pertukaran valuta. Hal ini membuat “Village Phone” satu alat yang penting untuk membuka peluang usaha rumah tangga dalam mengambil informasi pasar untuk meningkatkat keuntungan dan mengurangi biaya produksi. Misalnya penggunaan kendaran bermotor untuk memperoleh informasi harga komoditi di pasar.

5. Pelayanan telematika pedesaan di Bangladesh adalah sangat menguntungkan karena regulasi yang ada sekarang (ketiadaan interkoneksi menjadi penghalang yang paling besar), sehingga operator telematika tidak mampu untuk mengimbangi permintaan untuk jasa telematika antar operator. Telematika-telematika di dalam program Grameen Telecom Village Phone menghasilkan tiga kali pendapatan untuk pelayanan selular pedesaan ($100/bulan lawan $30/bulan). Bahkan, satu operator telematika di Bangladesh melaporkan dimana pendapatan 12,000 pelanggan biasa sama dengan pendapatan dari 1,500 “Village Phone”.

6. Teknologi telematika genggam GSM adalah suatu solusi yang mahal untuk akses universal di daerah pedesaan. Liputan selular ini terbatas untuk daerah pedesaan serta hanya menguntungkan di bawah regulasi telematika yang sehat – ketika lingkungan yang regulasi diperbaiki, teknologi selular tidak akan menjadi alat paling efisien dan sehat dalam menyediakan servis yang universal. GSM teknologi telematika genggam juga menempatkan tarif-tarif jauh lebih tinggi pada para pemakai telematika pedesaan dibanding “Wireless Local Loop” (WLL) teknologi. Tanpa perbaikan-perbaikan pada regulasi, teknologi selular adalah suatu solusi yang praktis. Juga, teknologi selular sekarang ini bukan suatu opsi yang baik untuk hubungan email/Internet/data yang murah. WLL dan opsi lain dapat menyediakan secara luas dan jauh lebih baik dengan ongkos pelayanan lebih murah.
4.2 Unsur-unsur yang dapat direplikasi untuk Penerapan Techno-Economy pada UKM di Indonesia:

1. Pengalaman Grameen Telecom di dalam perencanaan bisnisnya memungkinkan satu solusi potensial yang menarik bagi operator telematika dalam melayani daerah pedesaan. Targetnya adalah melayani: daerah yang tak dapat dilayani, kurang terlayani dan menyediakan dukungan untuk pelayanan informasi riset pasar yang bermutu. Riset pasar akan membantu ke arah pembuktian kasus bisnis, menarik modal investasi, dan mengurangi kendala dari pemodal-pemodal dan operator.

2. Poin-poin pengalaman Grameen Telecom menunjukkan suatu solusi yang potensial untuk operator telematika, dalam menghadapi tantangan mengatur operasi telematika pedesaan. Hal ini dihubungkan dengan keterlibatan organisasi kredit mikro yang sukses berdampingan dengan operator telematika untuk memperluas cakupan USO di daerah pedesaan. Pinjaman mikro kepada wirausaha pedesaan (terutama yang ditargetkan kepada kalangan wanita dan kaum muda) dapat memungkinkan wirausaha untuk menyelenggarakan pelayanan telematika yang menyediakan bidang jasa telematika, fax, email dan bahkan internet, fotokopi dan jasa komputer pengolah data. Program waralaba jenis ini akan juga memberikan konsistensi pelayanan ke semua daerah yang pada gilirannya mendukung pengembangan sosial dan ekonomi lokal.
5. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Dari Model Bisnis Grameen Telecom dapat dijadikan acuan bagi operator, regulator dan investor dalam penyusunan strategi implementasi pelayanan telematika untuk umum (Universal Services Obligation/USO) sebagai bagian usaha untuk memenangkan persaingan di bisnis telematika bahan pertimbangan Penerapan Techno-Economy pada UKM di Indonesia.

2. Hasil riset di atas dapat dijadikan pemikiran bagi peneliti lain untuk melakukan studi lanjutan dibidang implementasi pelayanan telematika untuk umum (Universal Services Obligation/USO) dengan menggunakan bisnis model Grameen Telecom, sebagai bahan pertimbangan Penerapan Techno-Economy pada UKM di Indonesia.

3. Hasil kajian diharapkan dapat memperkaya dan melengkapi khazanah keilmuan bidang strategi perusahaan (Corporate Strategy) dibidang industri telematika.
6. REFERENCES

[1] Hamel and Prahalad. 1995, Competing for the Future

[2] Harris, Regulation and Reform – Small Scale Service Providers, 3rd SAFIR Core Course on “Infrastructure Regulation and Reform”, October 8-19, 2001.

[3] Harmeet Gill, March 1, 2006, Village Phone Program

[4] Hitt, Ireland & Hoskisson , 2005, Strategic Management: Competitiveness and Globalization.

[5] Justice Md. Abdus Salam, Commissioner, BTRC, Presentation for the Working Group on Licencing for Telecom Services on Seventh South Asian Telecommunications Regulators’ Council (SATRC) Meeting, 13 to 15 December, 2005, BANDOS Island, Maldives

[6] Kao, Raymond W. Y., 1995, Entrepreneurship: A Wealth Adding and Value Creating Process, Prentice-Hall: Singapore.

[7] Mitchell, R.K., Agle, B.R., & Wood, D.J. 1997. Toward a Theory of Stakeholder Identification and Salience: Defining the Principle of Who and What Really Counts. Academy of Management Review, v 22, n 4, pp 853-886.

[8] Per Helmersen, 2005, Human Factors in Emerging Markets, Telenor R&D / Ghana Telecom

[9] Porter, 1985, Competitive Advantage: Techniques for Analyzing Industries and Competitors

[10] Sardjana, Djadja., 2007, Thesis – Stakeholder Role Analysis of Grameen Telecom in Bangladesh to Determine Management Strategy, Telkom Management Institute.

[11] Telecommon Development Group, 2006, Multi-stakeholder Engagement (MSE) for Rural Telecommunications,

[12] USTDA South Asia Communications Infrastructure Conference, New Delhi, India – April 21-23, 2004, Bangladesh Telecom Brief

[13] WORLD RESOURCES INSTITUTE, GRAMEEN TELECOM’S VILLAGE PHONES, 2003
Read More ->>

Topik, Tema dan Kerangka Karangan



1.1 Pendahuluan
Selama ini, jika seseorang akan mengarang, biasanya yang pertama kali ditentukan adalah tema. Tema sering dianggap orang sebagai sesuatu yang paling sentral dan sakral dalam urusan karang-mengarang, sedangkan topik dianggap tidak sesakral tema dan dibicarakan kemudian. Agak kurang adil rasanya bila dalam hal mengarang, masalah tema terlalu diistimewakan sementara topik agak dianaktirikan. Penulis sama sekali tidak menentang pendapat yang menganggap tema sebagai satu langkah awal yang penting dalam mengarang.
Selama ini sudah banyak calon penulis yang tersandung atau sulit mengembangkan idenya karena terpaku pada prosedur mengarang yang diawali dengan penulisan tema. Teori tentang tema dan praktik perumusan tema sehari-hari sering rancu.
Dapat di bayangkan kesulitan muncul jika membuat karangan yang bertumpu pada tema yang bersifat umum dan abstrak. Disisi lain, bila bertolak dari tema yang pendek tadi timbulpula kesulitan karena belum ada ide yang dapat ditangkap oleh calon penulis. Selain itu, ide yang sederhana memang cukup jelas jika dirumuskan dalam satu kalimat. Namun, ide yang lebih besar dan luas tentu tak ada salahnya jika dirumuskan dalam satu alinea, asalkan idenya tunggal dan bulat. Keharusan merumuskan tema dalam satu kalimat agaknya memasung keinginan memperjelas tema.
1.2 Topik dan Judul
Topik berarti pokok pembicaraan atau pokok permasalahan. Topik karangan adalah suatu hal yang akan digarap menjadi karangan. Topik karangan merupakan jawaban atas pertanyaan Masalah apa yang akan ditulis? Atau Hendak menulis tentang apa?. Jika seseorang akan mengarang, terlebih dahulu harus memilih dan menetapkan topik karangannya. Ciri khas topik terletak pada permasalahannya yang bersifat umum dan belum terurai.
Adapun judul karangan yang pada dasarnya adalah perincian dan penjabaran dari topik. Jika dibandingkan topik, judul lebih spesifik dan sering menyiratkan permasalahn atau variabel yang akan dibahas. Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangannya bersifat umum dan ruang lingkupnya juga sangatlah luas. Judul karangan sedapat-dapatnya singkat dan padat, menarik perhatian, serta menggambarkan garis besar pembahasan.
Jika memilih topik, tentu saja masalah yang dipilih adalah yang menarik perhatian penulis. Tidak jarang permasalahn yang dipilih itu bersifat umum dan terlalu luas. Sebelum mengangkat sesuatu menjadi topik dalam tulisan, pengarang harus benar-benar mengetahui pokok persoalannya. Agar pembicaraan pengarang tidak melebar, hendaknya topik itu dipersempit atau dibatasi sesuai dengan maksud dan rencana pengarang.
Cara pertama untuk mempersempit pokok pembicaraan dapat dilakukan dengan memecah pokok pembicaraan menjadi bagian-bagian yang makin kecil yang disebut subtopik.
Cara kedua ialah dengan menuliskan pokok umum dan membuat daftar aspek khusus apa saja dari pokok itu secara berurutan ke bawah. Dari daftar itu dapat dipilih salah satu aspek untuk dijadikan topik karangan.
Cara ketiga dapat dilakukan dengan mengajukan lima pertanyaan berikut mengenai poko pembicaraan : apa, siapa, dimana, kapan dan bagaimana. Dalam setiap kolom dituliskan aspek-aspek khusus dari pokok pembicaraan. Dengan cara itu akan diperoleh satu aspek untuk diangkat menjadi pokok bahasan karangan.
1.3 Tema
Tema berarti pokok pemikiran. Ide atau gagasan tertentu yang akan disampaikan oleh penulis dalam karangannya disebut tema karangan. Penetapan tema sebelum mulai mengarang sangatlah penting untuk pedoman menulis secara teratur dan jelas sehingga isi karangan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan.
Tema juga dapat diartikan sebagai pengungkapan maksud dan tujuan. Tujuan yang dirumuskan secara singkat dan wujudnya berupa satu kalimat disebut tesis. Tesis dapat juga diartikan sebagai pernyataan singkat tentang tujuan penulisan. Walaupun tema dan tesis itu sebenarnya berada didalam pikiran penulis, sebaiknya tetap dirumuskan secara eksplisit, terutama bagi penulis pemula. Rumusan itu akan memermudah penulis menyusun kerangka karangan.
1.4 Kerangka (Outline) Karangan
Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan. Fungsi utama kerangka karangan adalah mengatur hubungan antara gagasan-gagasan yang ada. Melalui kerangka karangan, pengarang dapat melihat kekuatan dan kelemahan dalam perencanaan karangannya.
Kerangka karangan dapat mengalami perubahan terus-menerus untuk mencapai suatu bentuk yang lebih sempurna. Dalam proses penyusunan karangan ada tahapan yang harus dijalani yaitu memilih topik, mengumpulkan informasi, mengatur gagasan dan menulis karangan itu sendiri. Pengaturan gagasan itulah yang dapat diumpamakan sebagai kerangka.
Secara terinci kerangka karangan dapat membantu pengarang/penulis dalam hal-hal sebagai berikut:
a) Kerangka karangan akan mempermudah pengarang menuliskan karangannya dan dapat mencegah pengarang mengolah suatu ide sampai dua kali, serta mencegah pengarang keluar dari sasaran yang sudah ditetapkan.
b) Kerangka karangan akan membantu pengarang mengatur atau menempatkan klimaks yang berbeda-beda didalam karangannya.
c) Bila kerangka karangan telah rapi tersusun, berarti separuh karangan sudah selesai karena semua ide sudah dikumpul, dirinci dan diruntun dengan teratur
d) Kerangka karangan merupakan miniatur dari keseluruhan karangan. Melalui kerangka karangan, pembaca dapat melihat intisari ide serta struktur suatu karangan.
1.4.1 Bentuk Kerangka Karangan
Kerangka karangan ada dua macam, yaitu kerangka topik dan kerangka kalimat. Dalam praktik pemakaian, yang banyak dipakai adalah kerangka topik.
Isi kerangka topik terdiri atas kata, frasa dan klausa yang didahului tanda-tanda yang sudah lazim untuk menyatakan hubungan antar gagasan. Tanda baca akhir (titik) tidak diperlukan karena tidak dipakai kalimat lengkap.
Kerangka kalimat lebih bersifat resmi dan isinya berupa kalimat lengkap. Pemakaian kalimat lengkap menunjukan diperlukan pemikiran yang lebih luas dari pada yang dituntut dalam kerangka topik. Tanda baca titik harus dipakai pada akhir setiap kalimat yang dipakai untuk menuliskan judul bab dan sub bab.
1.4.2 Pola Penyusunan Kerangka Karangan
Ada dua pola terpenting yang lazim dipakai untuk menyusun kerangka karangan yaitu :
1.4.2.1 Pola Alamiah
Pendekatan berdasarkan faktor alamiah yang esensial yaitu ruang(tempat) dan waktu.
a) Urutan Ruang
Pola penguraian yang menggambarkan atau Mendeskripsikan keadaan suatu ruang atau tempat, contohnya : kantor, gedung, stadion, lokasi/wilayah tertentu.
b) Urutan Waktu
Pola penguraian berdasarkan urutan kejadian suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa secara kronologis, contohnya : Kerangka karangan sejarah
1.4.2.2 Pola Logis
Pendekatan berdasarkan jalan pikiran atau cara berpikir manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika. Cara berpikir ada beberapa macam dan pendektan nya berbeda-beda bergatung pada sudut pandang dan tanggapan penulis terhadap topik yang akan ditulis. Itu sebabnya dalam kerangka pola logis timbul variasi penempatan unit-unit. Adapun macam-macam urutan logis adalah klimaks-antiklimaks, sebab akibat, pemecahan masalah dan umum-khusus. 
Read More ->>

Ejaan yang disempurnakan


Pengertian dan Sejarah


Ejaan merupakan seperangkat atau kaidah pelambangan bunyi bahasa, pemisah, penggabungan dan penulisannya dalam satu bahasa. Berbeda dengan kata mengeja yang mana berfungsi untuk melafalkan sedangkan Ejaan suatu sistem aturan yang luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang Disempurnakan atau yang sering di sebut EYD yang berlaku pada 16 agustus 1972. Dalam sejarah, indonesia mengalami 3 kali pergantian Ejaan dan disertakan huruf ejaan dimana:

1. Ejaan van ophuijsen (1901-1947) contoh ejaan “Djoem’at“
2. Ejaan republik (1947-1972) contoh ejaan “Djum’at“
3. EYD 16 agustus 1972 (sekarang) contoh ejaan “Jumat“

Dimana di kesempatan kali ini kita ingin membahas lima ruang lingkup bahasan yang meliputi tentang Ejaan Yang Disempurnakan.

Lima Ruang Lingkup di EYD

1. Pemakaian Huruf

Membicarakan masalah yang paling mendasar dari suatu bahasa. meliputi abjad, vokal, konsonan, pemenggalan dan nama diri.

* Abjad, Vokal dan Konsonan, berpedoman pada EYD, Khususnya cara pelafalan huruf yang benar, setiap penutur bahasa indonesia hendaknya mengikuti aturan yang sudah dibakukan. Dalam membaca singkatan kata yang di baca huruf demi huruf. Berikut contoh Pelafalan menggunakan singkatan CIA: * CIA-(singkatan) * CE-I-E (lafal yang benar) * SI-AI-E (lafal yang salah)

* Pemenggalan Kata, pada dasarnya pemenggalan kata adalah pemisahan dua atau lebih dari huruf konsonan yang berbeda misalkan gabungan huruf konsonan ny, ng, kh, dan sy yang tidak boleh di pisahkan. Dan jika mengandung sisipan el-er-in pemenggalannya dapat dilakukan dengan dua cara: Pertama, mempertahankan sisipan dalam dalam satu suku kata sehingga tidak terpenggal. Kedua, tidak mempertahankan sisipan dalam satu suku kata. Misalnya: ba-ca-lah, me-la-ri-kan, pra-sa-ra-na.

* Nama Diri, mengajarkan bagaimana menuliskan nama orang, lembaga, tempat, jalan, sungai dan nama diri lainnya yang harus mengikuti EYD kecuali jika ada pertimbangan khusus yang menyangkut segi adat, hukum, atau nama sejarah seperti pemakaian biasa: ia berkantor di jalan budi utomo dan pemakaian menurut pertimbangan khusus: perkumpulan boedi oetomo

2. Penulisan huruf

Penulisan huruf kapital dan huruf miring. Huruf kapital biasanya di tulis pada suku kata pertama baik itu awal paragraf, nama tempat, gelar. atau judul karya ilmiah. seperti Profesor Lionel Lakmu. Jika huruf miring di pakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian, kata, atau kelompok kata. Misalnya, tabloid Motor Plus.

3. Penulisan kata

Membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk dan jenisnya berupa kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan, kata sandang, partikel, singkatan akronim, angka dan lambang bilangan.

* Kata dasar yang berupa kata dasar dan ditulis sebagai kesatuan. Misalnya : Kantor pos sangat ramai. Buku itu sudah saya baca. Adik naik sepeda baru. (ketiga kalimat tersebut di bangun dengan kata dasar)

* Kata turunan yaitu imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) di tulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya : bergerigi, gemetar, sentuhan, mepertanyakan.
* Bentuk ulang, di tulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak, hati-hati.
* Gabungan kata, Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya di tulis terpisah. Misalnya: duta besar, alat pandang-dengar, acapkali, beasiswa.
* Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya. Kata ganti ini sebagai bentuk singkat kata aku dan engkau, ditulis serangkaian dengan kata yang mengikutinya. Misalnya: Bolehkah aku ambil jeruk ini satu? akan tetapi Bolehkah kuambil jeruk ini satu?
* Kata Depan di, ke, dan dari kata depan ini di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap satu kata seperti kepada dan daripada
* Kata sandang si dan sang kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. contoh : sikecil, sang diktator, sang koruptor
* Partikel , seperti partikel -lah dan -kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Dan perlu diingat kelompok yang dianggap padu ditulis serangkai. Misalnya: adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui.
* Singkatan dan Akronim . Singkatan adalah bentuk yang di pendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Adapaun penulisannya adalah, sebagai berikut: Perseroan Terbatas disingkat PT.
* Angka dan Lambang Bilangan. Angka di pakai untuk menyatakan lambang bilangan nomor. Dalam tulisan lazim digunakan angka arab atau angka Romawai. Misalnya: angka romawi: I,II,III,IV,V,VI,VII,VIII,IX,X

4. Penulisan unsur serapan

Dalam perkembangannya, bahasa indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti sansekerta, arab, poertugis, belanda, atau inggris.

Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa indonesia dapat di bagi atas dua golongan besar:

* Unsur yang sepenuhnya belum terserap ke dalam bahasa indonesia, seperti reshuffle , shuttle cock. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa indonesia, tetapi bacaanya mengikuti cara asing
* Unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya di sesuaikan dengan kaidah bahasa indoneisa. dalam hal ini di usahakan agar ejaannya hanya di ubah seperlunya sehingga bentuk indonesianya masih bisa dipisahkan dari bentuk asalnya,

5. Pemakaian tanda baca (pungtuasi)

Berikut rincian dan makna dari tanda baca :

* tanda titik (.) memiliki fungsi untuk menyatakan akhir dari sebuah kalimat, bisa juga digunakan untuk singkatan dan angka-angka.
* tanda koma (,) memiliki fungsi memisahkan anak kalimat dan juga keperluan singkatan dan angka-angka.
* tanda titik koma (;) berfungsi memisahkan bagian-bagian sejenis atau setara dan juga sebagai kata hubung untuk memisahkan klausa dan kalimat majemuk setara. Bulan makin terang; si Lukman belum juga pulang ke rumah.
* tanda titik dua (:) untuk pemerian atau uraian yang baku hal ini sama di seluruh dunia, perlu untuk diingat jangan samakan arti dari tanda titik koma dan titik dua.
* tanda hubung (-) biasanya di gunakan untuk penghubung, jarak, dan rentang suatu nilai.
* tanda-tanda baca yang lain. Tanda–tanda baca yang lain ialah tanda pisah (-), tanda elipsis (…), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung ( ), tanda kurung siku ([ ]), tanda garis miring (/) dan tanda penyingkat/apostrof (‘) 
Read More ->>

Majas Penegasan

Majas penegasan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas penegasan
1. Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
2. Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
3. Repetisi: Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
4. Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
5. Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
6. Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar.
7. Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
8. Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
9. Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
10. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
11. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
12. Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
13. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
14. Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
15. Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
16. Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
17. Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
18. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
19. Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
20. Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
21. Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
22. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
23. Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
24. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
25. Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Read More ->>

Gagasan Utama

A. Gagasan Utama
Gagasan utama adalah hal di bahas atau diungkapkan dalam bacaan. Gagasan diungkapkan dengan kata atau frase.letak gagasan utama di awal paragraf (Deduktif), diakhir kalimat (Induktif), atau di awal dan diakhir (Deduktif-Induktif). Dalam paragraf berjenis narasi dari deskripsi utama dapat tersebar di seluruh kalimat.

Contoh 1 :
Pemakiaan bahasa Indonesia di seluruh Indonesia dewasa ini belum dapat dikatakan seragam.perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, dan ucapan terlihat dengan mudah. Pemakiaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah.
Di lingkungan persuratkabaran, radio, dan televisi sudah terjaga dengan baik. Para pemuka kitapun pada umumnya belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Fakta-fakta di atas menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal paragraf (Deduktif), yaitu pemakaian bahasa Indonesia di seluruh Indonesia belum seragam.

Contoh 2 :
Mungkin anda pernah mendengar tentang peristiwa perampokan mobil yang menimpa ronaldo, bintang sepakbola asal brasil, dua tahun silam. Dasar nasibnya sedang apes, saat mengendarai BMW X-5 di Rio Janairo, ia dihadang tiga perampok bersenjata. Mobil kesayangannya pun dibawa kabur perampok. Untunglah pemain asal internasionale Milan, klubnya saat itu cepat bertindak. Dengan menumpang kendaraan yang lewat ia segera menuju kantor polisi. Hanya dalam hitungan jam, mobilnya sudah ditemukan kembali di pinggir kota Rio. Jangan salah! Ronaldo tidak memakai jasa paranormal. Kebetulan mobilnya dilengkapi Automatic Verhicle Location (AVL), sistem pemantau lokasi kendaraan yang terhubung dengan satelit Global Positioning Sistem (GPS). Posisi mobil selalu dapat di ketahui dari peta digital yang terpasang di mobil atau operator pemantaunya. (Intisari, juni 2003).

Gagasan utama paragraf terdapat di akhir (Induksi), yaitu kebetulan mobilnya dilengkapi Automatic Verhicle Location (AVL), sistem pemantau lokasi kendaraan yang terhubung dengan satelit Global Positioning Sistem (GPS). Posisi mobil selalu diketahui dari peta digital yang terpasang di mobil atau operator pemantaunya.



Contoh 3 :
Globalisasi dapat memberikan efek positif terhadap umat manusia tetapi dapat juga memberikan dampak negatif. Secara moral globalisasi dapat merupakan bentuk eksploitasi dari Negara yang kuat terhadap negar-negar yang lemah. Globalisasi juga dapat menciptakan ketidaksimbangan ekonomi dan merupakan suatu pemborosan terhadap Negara dan masyarakat yang di kuasai oleh Negara-negara maju yang menguasai teknologi. Dari segi sosial, globalisasi dapat merupakan suatu bentuk yang dapat menimbulkan ketegangan-ketegangan sosial karena perbedaan antara yang punya dan tidak punya (he have and the have nots) akan semakin lebar, sehingga dapat menimbulkan ketegangan sosial yang semakin eksklusif. (mencari bentuk otonomi daerah, J.Kaloh 2004).

Gagasan utama paragraf di atas terdapat di awal dan di akhir paragraf (Deduktif-Induktif atau campuran).

A. Tanggapan Isi Bacaan
Setelah membaca sebuah bacaan, kita sering memberi komentar positif atau negatif terhadap isi bacaan tersebut, pemberi komentar itu di sebut dengan tanggapan terhadap isi bacaan. sebuah tanggapan harus logis.

Contoh :
Membaca pemahaman sangat penting dibandingkan dengan kemampuan berbahasa lainnya, misalnya, kemampuan mendengar. Mendengarkan sesuatu sangat terbatas jangkaunnya seperti waktu, tempat, dan sebagainya. Tetapi, dengan membaca pemahaman dapat dilakukan di mana dan kapan pun, serta dapat dilakukan sewaktu-waktu, serta dengan cepat dapat menangkap isi bacaan.
Tanggapan yang sesuai dan logis dengan isi bacaan tersebut adalah :
1. Memang diperlukan kemampuan membaca pemahaman untuk memahami dengan cepat isi bacaan, atau
2. Memang benar membaca pemahaman efektif dilakukan untuk memperoleh informasi dengan cepat.

B. Koherensi atau Kepaduan
Yang dimaksud dengan Koherensi adalah kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dan kalimata yang lain yang membentuk alinia/paragraf, wajar dan mudah tanpa ada kesulitan yang menghalangi, dan tidak pula terasa pikiran melompat-melompat sehingga membingungkan, dan membicarakan satu topik.


Contoh paragraf Koherensi :
Tiap generasi mempunyai panggilan masing-masing sesuai dengan zamannya. Generasi pencetus dan generasi pelaksana telah menunaikan tugasnya dengan baik. Yang pertama berhasil membangkitkan semangat keinginan bernegara; yang kedua berhasil menciptakan Negara merdeka. Generasi pembina masih dalam ujian. Belum diketahui sampai dimana kemampuannya untuk membina dan mengembangkan warisan situasi yang telah diterima; apakah mereka itu membina dan mengembangkan nilai-nilai nasional sesuai dengan martabat mereka, masih harus dibuktikan
Read More ->>
Diberdayakan oleh Blogger.